Senin, 20 November 2017

REVIEW JURNAL


Judul
KENAPA SESEORANG MELAKUKAN MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN? : STUDI DENGAN PENDEKATAN SKENARIO DILEMA ETIKA
Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Islam
Download
Volume & Halaman
Vol 5 No 1& Hal 31-46
Tahun
April 2017
Penulis
Hafiez Sofyani, Nadia Rahma
Reviewer
1.     Aditya Indra L
2.     Aldo Julian
3.     Jessica S Polii
4.     Nur Syamsiah
5.     Triana Resti
Tanggal
29 September 2017

A.Pendahaluan
Kecurangan yang dilakukan oleh seorang akuntan dapat berdampak signifikan pada perekonomian, bahwa secara mikro. Sebagai contoh,  praktek manipulasi laporan keuangan yunani yang menggambarkan posisi keuangan Negara dalam keadaan aman dan stabil, namun faktanya adalah berkebalikan,  pada akhirnya memicu terjadinya kebangkrutan. Terdapat perbedaan dari penelitian sebelumnya dan penelitian yang sekarang,
Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan secara kongkrit atas alasan berperilaku seseorang dalam menghadapi dilemma etika saat pelaporan keuangan untuk tujuan tax avoidance.

B. Telaah Teoritis
Kecurangan (Fraud) adalah perbuatan melawan hukum yang mengandung unsure kesengajaan, niat jahat,  penipuan,  penyembunyian dan penyalahgunaan kepercayaan. Kecurangan yang dilakukan oleh seseorang biasanya bertujuan untuk mengambil keuntungan dengan cara yang dilarang yang dapat berupa uang, barang atau harta, jasa, tidak membayar jasa, atau memperoleh bisnis (Tuanakotta,2013).
Terdapat tiga hal yang mendorong seseorang untuk melakukan tindak kecurangan yang terkenal dengan istilah fraud angle :
1.    Dorongan (Pressure)
2.    Peluang (Opportunity)
3.    Rasionalisasi (Rationalization)

Kecurangan yang dilakukan oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh factor eksternal dan internal seseorang itu sendiri. Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) membagi kecurangan menjadi 3 macam :
1.    Korupsi (Corruption)
2.    PenyalahgunaanAset (Asset Misapropriation)
3.    Laporankeuangan yang dimanipulasi (Fraudulent Statements)

-            RumusanMasalah
1.    Apa sajakah alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan dan tidak melakukan manipulasi laporan keuangan?

C. Metode Penelitian
Pada penelitan ini,  metode yang digunakan untuk pengujiannya adalah pendekatan hipotesis dan juga menggunakan pendekatan scenario kasus dilemma etika. Variable yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa pada perguruan tinggi di Yogyakarta yang sedang menempuh matakuliah akuntansi dan pajak.
Cara menerapkan pendekatan pada kasus dilemma etika yaitu dengan mengecek manipulasi untuk menyakinkan apakah partisipan siap untuk mengikuti scenario kasus dilemma etika dalam proses pelaporan keuangan. Partisipan yang tidak memenuhi syarat dan dating terlambat tidak akan diikutkan .
Penelitian dilakukan dengan mengacak partisipan ketika masuk ruang scenario dan mengacak tempat duduk dengan tujuan agar faktor-faktor lain tidak terpengaruhi pada hasil riset atau terhindar dari kecurangan. Kemudian partisipan diminta membaca kasus scenario dilemma etika dalam bentuk cerita dengan sudut pandang masing-masing partisipan.
Selanjutnya partisipan memberikan saran atas apa yang diharapkan tokoh didalam cerita, yakni menyusun kembali atau tidak laporan keuangan dengan melakukan tax avoidance.  Tax avoidance adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh seseorang untuk menghindari pajak namun dengan cara-cara yang legal.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis tematik deduktif yakni metode analitik kualitatif untuk mengidentifikasi, menganalisis dan melaporkan pola atau tema.


D.  Pembahasan
-          Alasan seseorang tidak  melakukan manipulasi laporan keuangan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis ini, terdapat bermacam-macam alasan yang dikemukakan dan alasan yang paling banyak diberikan kenapa seseorang tidak melakukan manipulasi laporan keuangan adalah karena aktivitas tersebut dinilai melanggar ajaran agama, yakni berdusta. Dari 81 orang yang memberikan alasan, terdapat 31 orang yang merespon seperti diatas.
Sedangkan alasan dengan takut diketahui dan mendapatkan sanksi hukuman hanya mendapat respon dari 8 orang. Dari jawaban tersebut,  secara tidak langsung para responden menyarankan agar pelaporan keuangan diperusahaan oleh akuntan tidak hanya memperhatikan aspek akuntabilitas,  dalam hal ini kepentingan duniawi tetapi juga perlunya akuntablitas llahiah beserta dengan keyakinan adanya akuntabilitas dan resposibilitas ukhrawi.
Alasan ini sejalan dengan pandangan beberapa peneliti yang menilai bahwa aspek religious akan mampu menggiring sikap dan perilaku seseorang dalam dunia bisnis. Proses pembuatan keputusan etis tidak lepas dari nilai-nilai yang diyakini seseorang sebelum dia berada pada tahap akhir, yakni pelaksanaan aksi perilaku etis ketika menghadapi dilema etika.
Selanjutnya, alas an bagi seseorang yang tidak melakukan manipulasi laporan keuangan adalah menjaga kejujuran. Membentuk pribadi seorang akuntan yang jujur adalah sangat penting, baik sebagai penyusun laporan keuangan (akuntan internal), maupun pemeriksa laporan keuangan (akuntan eksternal). Perkembangan dunia akuntansi dewasa ini, dalam konteks pendidikan akuntan masih terfokus pada pendidikan kompetensi profesional, khususnya pengetahuan.
Sedangkan aspek karakteristik individu berbudi dari para akuntan masih minimum pendapat perhatian,  bahkan pendidikan etika di kurikulum pendidikan akuntansi hanya sebatas matakuliah pelengkap. Alasan selanjutnya adalah takut diketahui dan mendapatkan sanksi hukuman tidak menjadi alas an mayoritas artinya alas an seseorang mempertahankan integritasnya dalam menyusun laporan keuangan tidak di dominasi oleh ketakutan akan hukuman atau ancaman tetapi masih dominan dari aspek religious dan kesadaran,  setidaknya dalam konteks penelitian ini.
Hasil ini menunjukan bahwa orang Indonesia (yang diwakili oleh sampel) maka memprioritaskan aspek kesadaran moral yang berdasarkan ajaran agama dan nilai-nilai luhur nusantara. Ditemukan masih banyaknya nilai-nilai yang didasarkan pada kebaikan yang bersumber dari kesadaran nilai yang dianut ketimbang sanksi yang ada agar menjauhi tindakan yang buruk.

-          Alasan bersedia melakukan manipulasi laporan keuangan
Sebanyak 8 orang resposden menjawab karena dalam perhitungan pajak dengan tujuan tax avoidance dianggap sah dan boleh dilakukan serta tidak melanggar undang-undang. Hasil ini dianggap konsisten karena tax avoidance dinilai tidak diatur dalam perundang-undangan, maka upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam meminimalisir nilai pajaknya untuk tujuan tax avoidance dianggap sah dan boleh dilakukan. Tax avoidance juga sejalan dengan konsep fraud triangle yaitu dimana ketika ada celah,  maka seseorang akan terdorong untuk melakukan kecurangan, dalam hal ini adalah celah undang-undang. Selanjutnya, ketika seseorang melakukan kecurangan, seseorang tersebut akan mencari kebenaran dari tindakan yang dilakukan secara rasional atau masuk akal. Kemudian terdapat temuan yang menarik dalam penelitian ini, yakni adanya keikutsertaan yang beralasan bahwa manipulasi laporan keuangan untuk tujuan tax avoidance ini boleh dilakukan agar mendapat bonus dari perusahaan. Responden yang menjawab dengan alasan tersebut sebanyak 5 orang (17,86%) dari total keseluruhan28 responden/ sampel. Pada temuan ini juga terdapat motif self interest pada diri seseorang untuk memenuhi self interestnya dengan memanfaatkan situasi dimana terjadi lebih banyakin formasi dari pihak lain. Kemudian ada juga yang beranggapan bahwa manipulasi laporan keuangan untuk tujuan tax avoidance perlu dilakukan untuk meningkatkan laba (rill) perusahaan. Pandangan ini serupa dengan alas an menyatakan bahwa manipulasi laporan keuangan untuk tujuan tax avoidance sah dilakukan karena perusahaan melakukan CSR sehingga boleh mengurangi pajak. Responden yang menjawab temuan ini sebanyak satu orang. Meskupun hanya satu orang, tetapi hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kapitalisme ini memang ada dan tertanam dipola pikir seseorang, bahkan disaat orang tersebut masih berstatus mahasiswa.

E.   Kesimpulan

Dari jurnal penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sekitar 31 responden beralasan tidak melakukan manipulasi laporan keuangan karena dianggap melanggar ajaran agama dan termasuk dusta. Sementara sekitar 18 responden yang beralasan melakukan manipulasi laporan keuangan karena dianggap sebagai sesuatu yang dapat diterima karena tidak melanggar undang-undang. Lalu kebanyakan yang tidak melakukan manipulasi laporan keuangan adalah responden yang berjenis kelamin perempuan, sementara yang melakukan manipulasi laporan keuangan adalah responden yang berjenis kelamin laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar