Judul
|
KENAPA SESEORANG MELAKUKAN
MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN? : STUDI DENGAN PENDEKATAN SKENARIO
DILEMA ETIKA
|
Jurnal
|
Akuntansi
dan Keuangan Islam
|
Download
|
|
Volume
& Halaman
|
Vol
5 No 1&
Hal 31-46
|
Tahun
|
April 2017
|
Penulis
|
Hafiez
Sofyani, Nadia Rahma
|
Reviewer
|
1. Aditya Indra L
2. Aldo Julian
3. Jessica S Polii
4. Nur Syamsiah
5. Triana Resti
|
Tanggal
|
29
September 2017
|
A.Pendahaluan
Kecurangan yang dilakukan
oleh
seorang
akuntan
dapat
berdampak
signifikan
pada
perekonomian, bahwa
secara
mikro.
Sebagai
contoh, praktek
manipulasi
laporan
keuangan
yunani yang menggambarkan
posisi
keuangan
Negara
dalam
keadaan
aman
dan
stabil, namun
faktanya
adalah
berkebalikan, pada
akhirnya
memicu
terjadinya
kebangkrutan.
Terdapat
perbedaan
dari
penelitian
sebelumnya
dan
penelitian yang sekarang,
Hasil penelitian ini dapat memberikan penjelasan secara kongkrit atas alasan berperilaku seseorang dalam menghadapi dilemma etika saat pelaporan keuangan untuk tujuan tax
avoidance.
B. Telaah Teoritis
Kecurangan (Fraud)
adalah perbuatan melawan hukum yang mengandung
unsure
kesengajaan, niat
jahat,
penipuan,
penyembunyian
dan
penyalahgunaan
kepercayaan.
Kecurangan yang dilakukan
oleh
seseorang
biasanya
bertujuan
untuk
mengambil
keuntungan
dengan
cara yang dilarang yang
dapat berupa uang, barang atau harta, jasa, tidak
membayar
jasa, atau
memperoleh
bisnis
(Tuanakotta,2013).
Terdapat tiga hal yang mendorong
seseorang
untuk
melakukan
tindak
kecurangan yang terkenal
dengan
istilah
fraud angle
:
1.
Dorongan
(Pressure)
2.
Peluang
(Opportunity)
3.
Rasionalisasi
(Rationalization)
Kecurangan yang dilakukan
oleh
seseorang
dapat
dipengaruhi
oleh
factor
eksternal
dan internal seseorang
itu
sendiri.
Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) membagi
kecurangan
menjadi 3 macam :
1.
Korupsi
(Corruption)
2.
PenyalahgunaanAset
(Asset Misapropriation)
3.
Laporankeuangan
yang dimanipulasi (Fraudulent Statements)
-
RumusanMasalah
1.
Apa
sajakah
alasan yang mendasari
seseorang
untuk
melakukan
dan
tidak
melakukan
manipulasi
laporan
keuangan?
C. Metode Penelitian
Pada penelitan ini, metode yang
digunakan untuk pengujiannya adalah pendekatan hipotesis dan juga menggunakan pendekatan scenario kasus dilemma etika. Variable yang digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
mahasiswa
pada
perguruan
tinggi di Yogyakarta yang
sedang menempuh matakuliah akuntansi dan pajak.
Cara menerapkan
pendekatan
pada
kasus
dilemma
etika
yaitu
dengan
mengecek
manipulasi
untuk
menyakinkan
apakah
partisipan
siap
untuk
mengikuti
scenario
kasus
dilemma
etika
dalam proses pelaporan
keuangan. Partisipan yang
tidak memenuhi syarat dan dating terlambat tidak akan diikutkan .
Penelitian dilakukan dengan mengacak partisipan ketika masuk ruang scenario dan mengacak tempat duduk dengan tujuan agar faktor-faktor lain tidak
terpengaruhi
pada
hasil
riset
atau
terhindar
dari
kecurangan.
Kemudian
partisipan
diminta
membaca
kasus
scenario
dilemma
etika
dalam
bentuk
cerita
dengan
sudut
pandang
masing-masing
partisipan.
Selanjutnya partisipan memberikan saran atas
apa yang diharapkan
tokoh
didalam
cerita, yakni
menyusun
kembali
atau
tidak
laporan
keuangan
dengan
melakukan
tax avoidance.
Tax
avoidance
adalah
langkah-langkah yang
dilakukan oleh seseorang untuk menghindari pajak namun dengan cara-cara yang legal.
Analisis data pada
penelitian
ini
menggunakan
analisis
tematik
deduktif
yakni
metode
analitik
kualitatif
untuk
mengidentifikasi,
menganalisis dan melaporkan pola atau tema.
D. Pembahasan
-
Alasan
seseorang tidak melakukan manipulasi laporan keuangan
Dari hasil penelitian yang dilakukan
oleh penulis ini, terdapat
bermacam-macam
alasan yang dikemukakan
dan
alasan yang paling banyak
diberikan
kenapa
seseorang
tidak
melakukan
manipulasi
laporan
keuangan
adalah
karena
aktivitas
tersebut
dinilai
melanggar
ajaran agama, yakni
berdusta. Dari 81 orang yang
memberikan alasan, terdapat 31
orang yang merespon
seperti
diatas.
Sedangkan alasan dengan takut diketahui dan mendapatkan sanksi hukuman hanya mendapat respon dari 8 orang. Dari jawaban tersebut, secara
tidak
langsung
para
responden
menyarankan agar pelaporan
keuangan
diperusahaan
oleh
akuntan
tidak
hanya
memperhatikan
aspek
akuntabilitas,
dalam hal ini kepentingan duniawi tetapi juga perlunya akuntablitas llahiah beserta dengan keyakinan adanya akuntabilitas dan resposibilitas
ukhrawi.
Alasan ini sejalan dengan pandangan beberapa peneliti yang menilai
bahwa
aspek religious akan
mampu
menggiring
sikap
dan
perilaku
seseorang
dalam
dunia
bisnis. Proses pembuatan
keputusan
etis
tidak
lepas
dari
nilai-nilai yang diyakini
seseorang
sebelum
dia
berada
pada
tahap
akhir, yakni
pelaksanaan
aksi
perilaku
etis
ketika
menghadapi
dilema
etika.
Selanjutnya, alas an
bagi
seseorang yang tidak
melakukan
manipulasi
laporan
keuangan
adalah
menjaga
kejujuran.
Membentuk
pribadi
seorang
akuntan
yang jujur
adalah
sangat
penting,
baik
sebagai
penyusun
laporan
keuangan (akuntan internal),
maupun
pemeriksa
laporan
keuangan (akuntan
eksternal).
Perkembangan
dunia
akuntansi
dewasa
ini, dalam
konteks
pendidikan
akuntan
masih
terfokus
pada
pendidikan
kompetensi
profesional, khususnya pengetahuan.
Sedangkan aspek karakteristik individu berbudi dari para akuntan masih minimum pendapat perhatian, bahkan
pendidikan
etika di kurikulum
pendidikan
akuntansi
hanya
sebatas
matakuliah
pelengkap.
Alasan
selanjutnya
adalah
takut
diketahui
dan
mendapatkan
sanksi
hukuman
tidak
menjadi
alas an
mayoritas
artinya
alas an
seseorang
mempertahankan
integritasnya
dalam
menyusun
laporan
keuangan
tidak di dominasi
oleh
ketakutan
akan
hukuman
atau
ancaman
tetapi
masih
dominan
dari
aspek religious dan
kesadaran, setidaknya
dalam
konteks
penelitian
ini.
Hasil ini menunjukan bahwa orang Indonesia (yang diwakili
oleh
sampel) maka
memprioritaskan
aspek
kesadaran moral yang
berdasarkan ajaran agama dan
nilai-nilai luhur nusantara. Ditemukan masih banyaknya nilai-nilai yang didasarkan
pada
kebaikan yang bersumber
dari
kesadaran
nilai yang dianut
ketimbang
sanksi yang ada agar
menjauhi tindakan yang buruk.
-
Alasan
bersedia melakukan manipulasi laporan
keuangan
Sebanyak 8
orang resposden menjawab karena dalam perhitungan pajak dengan tujuan tax
avoidance
dianggap
sah
dan
boleh
dilakukan
serta
tidak
melanggar
undang-undang. Hasil ini dianggap konsisten karena tax
avoidance
dinilai
tidak
diatur
dalam
perundang-undangan, maka
upaya yang dilakukan
oleh
perusahaan
dalam
meminimalisir
nilai
pajaknya
untuk
tujuan
tax avoidance
dianggap
sah
dan boleh dilakukan. Tax
avoidance
juga
sejalan
dengan
konsep
fraud triangle
yaitu
dimana
ketika
ada
celah, maka
seseorang
akan
terdorong
untuk
melakukan
kecurangan, dalam
hal
ini
adalah
celah
undang-undang. Selanjutnya,
ketika seseorang melakukan kecurangan, seseorang
tersebut
akan
mencari
kebenaran
dari
tindakan yang dilakukan
secara
rasional
atau
masuk
akal. Kemudian
terdapat
temuan yang menarik
dalam
penelitian
ini, yakni
adanya
keikutsertaan yang beralasan
bahwa
manipulasi
laporan
keuangan
untuk
tujuan
tax avoidance
ini
boleh
dilakukan agar mendapat bonus
dari perusahaan. Responden yang menjawab
dengan
alasan
tersebut
sebanyak 5 orang (17,86%)
dari total keseluruhan28 responden/ sampel. Pada
temuan
ini
juga
terdapat motif self interest pada
diri
seseorang
untuk
memenuhi
self interestnya
dengan
memanfaatkan
situasi
dimana
terjadi
lebih
banyakin
formasi
dari
pihak lain. Kemudian
ada
juga yang beranggapan
bahwa
manipulasi
laporan
keuangan
untuk
tujuan tax avoidance perlu
dilakukan
untuk
meningkatkan
laba (rill) perusahaan.
Pandangan
ini
serupa
dengan
alas an
menyatakan
bahwa
manipulasi
laporan
keuangan
untuk
tujuan tax avoidance sah dilakukan karena perusahaan melakukan CSR sehingga
boleh
mengurangi
pajak. Responden yang
menjawab temuan ini sebanyak satu orang. Meskupun hanya satu orang, tetapi
hal
ini
mengindikasikan
bahwa
paradigma
kapitalisme
ini
memang
ada
dan
tertanam
dipola pikir seseorang, bahkan
disaat orang tersebut
masih
berstatus
mahasiswa.
E. Kesimpulan
Dari jurnal penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa sekitar 31 responden beralasan tidak melakukan
manipulasi laporan keuangan karena dianggap melanggar ajaran agama dan termasuk
dusta. Sementara sekitar 18 responden yang beralasan melakukan manipulasi
laporan keuangan karena dianggap sebagai sesuatu yang dapat diterima karena
tidak melanggar undang-undang. Lalu kebanyakan yang tidak melakukan manipulasi
laporan keuangan adalah responden yang berjenis kelamin perempuan, sementara
yang melakukan manipulasi laporan keuangan adalah responden yang berjenis
kelamin laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar